Entah dari mana ide untuk pergi ke pantai siung di gunung kidul
Jogjakarta ini muncul, tiba-tiba saja aku, siti, satrio, kipli dan si jon
membuat persetujuan untuk pergi kesana tanggal 21 januari 2012. Beberapa hari
sebelum berangkat, kami tidak melakukan koordinasi dengan baik, aku cenderung
cuek dan berpikir semua akan berjalan seperti biasanya. Sabtu, 21 januari 2012,
cuaca tidak bersahabat, hujan deras dari siang hari dan sepertinya akan tahan
lama, benar saja, jam setengah 3 aku pulang sekolah dan kehujanan.
Tiba dirumah, aku sms kesemuanya bahwa kita akan berkumpul di tempat si jon jam 5. Jam 4 ibuku pulang (yang artinya uang sakuku juga datang), packing tenda dkk dan aku berangkat kerumah sijon. Setiba disana, ternyata peserta kali ini 10 orang, aku, satrio, kipli, aziz, si jon, siti,gipty, yuni, erovia dan tutut, cukup ramai, tak seperti biasanya.
Tiba dirumah, aku sms kesemuanya bahwa kita akan berkumpul di tempat si jon jam 5. Jam 4 ibuku pulang (yang artinya uang sakuku juga datang), packing tenda dkk dan aku berangkat kerumah sijon. Setiba disana, ternyata peserta kali ini 10 orang, aku, satrio, kipli, aziz, si jon, siti,gipty, yuni, erovia dan tutut, cukup ramai, tak seperti biasanya.
Setelah packing ulang dan membuat sedikit perencanaan, jam 6 kami
berangkat, perjalanan awal tampak menyebalkan, hujan, banyak trafic dan agak
macet. Setiba di jembatan sebelum solobaru, terjadi insiden jatuhnya kipli dan
aziz dan juga mobil honda jazz putih yang ikut lecet, bukan masalah berarti,
perjalanan kembali berlanjut. Tiba di sukoharjo, aku merasakan ada yang salah
dengan motorku, ternyata rantainya kendor. Kami mencari bengkel namun justru
kabar buruk yang kami terima, rantai sudah tidak bisa di kencangi dan beresiko
terlepas jika aku nekat melanjutkan perjalanan. Jam 8, aku berpikir untuk
kembali ke solo dan ganti motor, namun aku merasakan motorku tidak mau diganti
dan akhirnya aku menggunakan the power of nekat dan terus melanjutkan
perjalanan dengan keadaan sedemikian rupa.
Di perjalanan, aku yang awalnya jadi sweaper, berganti jadi yang
terdepan. Walau tidak tahu jalan, namun masih ada rambu yang bisa membantu.
Perjalanan berlangsung lambat, kecepatan tidak bisa lebih dari 60 km/jam. Jalan
di kabupaten sukoharjo memang menyebalkan, jalannya bergelombang dan juga
berlubang, itu berbeda dengan jalanan di kabupaten gunung kidul, jalan yang
masih mulus dengan pemandangan karst malam hari terasa sangat menyenangkan.
Tiba di Karang Mojo, kami berhenti untuk bertanya jalan sekaligus istirahat
sejenak. Perjalanan berlanjut, kota wonosari sudah terlewati, sekarang menuju
Tepus. Perjalanan menuju tepus cukup menyenangkan, dengan kontur jalan yang
khas kawasan karst ditambah hujan yang sudah reda membuat kami enjoy. Beberapa
kilometer sebelum tepus, kami menjumpai beberapa kelompok pembalap kampung yang
sedang nongkrong dipinggir jalan. Kecamatan tepus terlewati, sekarang menuju ke
pantai siung, rambu yang jelas membuat kami tidak perlu bertanya, namun tinggal
beberapa kilo saja ke pantai siung, hujan kembali turun, kami berhenti sejenak
di pos ronda yang dijaga 2 bapak-bapak untuk mengenakan mantol (Salah satu
ciptaan tuhan yang paling indah). Perjalanan berlanjut, dan jam 11 malam kami
tiba di pantai siung.
Rencana awal kami ingin mendirikan camp di pinggir pantai, namun karena
cuaca agak gerimis dan kami juga ditawari untuk tidur di campnya yang jaga
parkir nampu, maka kami memutuskan untuk bermalam di sana. Tikar digelar,
bungkus makanan terbuka dan sapu bersih terlaksana, sesaat kemudian siti
mengajak untuk melihat bintang, mendung, jadi tidak terlihat, kembali ke camp
dan kami terlelap. Jam 4 aku bangun dan langsung diajak liat bintang oleh siti,
pergi berdua, duduk dipinggir garis pantai dan melihat bintang. Tak lama
kemudian temen-temen yang lain menyusul, kipli yang mencari ikan menemukan
anakan marlin yang kemudia diberi nama “Meti” dan kemudian dilepas.
Sang fajar terlihat, kami berjalan menaiki pinggiran tebing keatas
sebuah bukit untuk menikmati sunsrise, berfoto dan melihat horizon laut
selatan. Matahari semakin menampakkan sinarnya, awalnya kami mau pulang, namun
aku tergoda oleh sebuah tanjung kecil, akupun bergegas menuju kesana, melalui
tebing terjal yang lapuk, sijon, kipli dan siti mengikuti jejakku, dan kami
tiba ditanjung tersebut. Istirahat dan berfoto sejenak, kami mulai berpikir ttg
jalan pulang, namun ternyata buntu, hingga akhirnya kami diselamatkan oleh
seorang nelayan setempat. Beliau berkata bawasannya kami adalah orang pertama
yang sampai di tanjung itu, jadi tanjung itu kami namai dengan “Tanjung Bimo”
hahaha..
Selamat dari tanjung, kami bergegas ke pantai. Temen-temen yang lain
sudah bermain air, sijon menyusul, kipli penekan di karang, aku dan siti curhat
dibalik karang. Semakin siang, kami melihat ke komplek tebing pantai siung,
kemudian kembali ke camp untuk makan siang dan kembali lagi ke komplek tebing
hingga jam 2 kami kembali ke camp untuk berkemas.
Jam 3 kami start untuk pulang, aku kembali didepan, perjalanan lancar
hingga tiba di SPBU sebelum karang mojo, si Aziz alias pakjokowi tertinggal.
Kami menunggunya di masjid karang mojo sekalian istirahat, ternyata bannya
bocor. Huufft..
Perjalanan berlanjut dengan lancar, hinggan beberapa kilometer sebelum
sukoharjo, jalanan berubah menjadi basah karena daerah situ habis hujan.
Jalanan yang basah berlanjut hingga Solo, dijalan kami juga sempat terpisah,
namun kami berkumpul kembali dirumah sijon, kecuali erovia dan beberapa anak
lain yg langsung pulang.
Kami tiba dirumah sijon, yg berarti perjalanan telah berakhir,
setidaknya untuk sijon. Istirahat dan bercerita menjadi agenda saat itu dan
sisa logistik yang masih beberapa bungkus dimasakkan oleh ibunya sijon, makan
malaam..
Jam setengah sembilan aku pamit pulang, berbarengan dengan siti, sedang
satrio, tutik, dan kipli aku tak tau kapan mereka pulang.
Tiba dirumah, perjalanan panjang dengan penuh nekat pun akhirnya
selesai, 218 km dari solo sampai tepi selatan pulau jawa, Siung yang eksotis,
tanjung bimo yang hebat, Meti, dan jajaran tebing yang menjadi surga bagi para
pecintanya, dan secerca kenekatan aku dan juga motorku..
Photo By : Bima Handoko (Owner), Raditya Yudha Prasetya
gek tanjung bimo igk... hahahaha :D
BalasHapusItu sesuai dengan nama org yang pertama kali menginjakkan kaki disana..
BalasHapus