Sabtu
30 Juli 2011 pukul 16.50, perjalanan ke pacitan pun dimulai dari rumah mas jon.
Perjalanan yang awalnya direncanakan minggu sebelumnya itu ditunda seminggu
karena Satrio memaksa ingin ikut dan dia bisanya minggu ini (walau akhirnya dia
juga tidak jadi ikut.. Huuuuu...). Perjalanan yg awalnya direncanakan 6 org,
namun seperti biasa yg berangkat hanya aku dan mas jon (anggit aqiqoh’an
adik;e, rizma mentok ramadhan, satrio ga isa karna tmen’e yg diboncengi
sakit..), tak apalah, Nekat Itu Indah. Sebenarnya aku sendiri tidak tahu jalan
ke pacitan (hla wong ke solo baru ae ga’ ngerti, hehehe..), jadi sebelum
berangkat aku konsultasi jalan dengan satrio, yaa, lumayanlah jadi agak mudeng
jalan (walau ga jelas..).
Singkat cerita aku berhasil sampai wonogiri pukul 17.30
berkat informasi satrio. Di wonogiri kemampuan Orientasi medan kami mulai
berguna, kompas rusak dan bayangan peta di atlas jadi andalan, aku berhasil
menemukan Waduk Gajah Mungkur (yg mnurutku lebih indah dari biasanya..),
perjalanan berlanjut menyusuri pedesaan dengan pepohonan yg masih banyak. Pukul
18.30 kami berhenti di Wuryantoro, ngisi bensin dan juga bertanya-tanya ttg
jalan ke pantai klayar. “kalau pantai klayar masih 50’an KM lagi mas,” Kata
seorang petugas SPBU yg aku tanyai. Perjalanan berlanjut di jalur yg masih
sama, namun terasa lebih sepi sampai kami sampai di sebuah pertigaan (aku tak
tahu nama daerahnya), kami berhenti, nyari warung dan makan malam sekaligus bertanya
lagi ttg jalan menuju Klayar (bertanya adalah teknik Ormed yg terbaik selain
mencari kuburan.. ahaha...).
Perjalanan
berlanjut, jalur masih sama, gelap dan sepi, namun kondisi jalan tak sebaik yg
tadi, sehingga aku harus semakin berhati-hati. Kami tiba di pertigaan lagi, dan
kami kembali bertanya kepada beberapa tukang ojek. Perjalanan berlanjut, aku
mencium bau khas dari kawasan Karst (sebenarnya aku tak yakin apakah kawasan
karst itu berbau, tapi bau yg kucium itu sama dengan bau yg ada di gunung kidul
waktu perjalanan ke cerme, jadi kuanggap saja itu bau Karst, hehehe..), jalanan
mulai menyempit dan bertambah sepi, dan kawasan karstpun menunjukkan ke khas’an
jalurnya, yaitu jalur yg bergelombang dengan tanjakan, turunan dan tikungan yg
tidak bisa diprediksikan, apalagi dimalam hari (untung aku cukup berpengalaman
berkendara di jalur seperti ini, hehehe Sombong Itu Indah..), kamipun harus
semakin berhati-hati. Bertanya, tanya, tanya, tanya dan tanya, berkali-kali
kami bertanya pada penduduk sekitar, dan akhirnya pukul 20.15 kami sampai di
klayar, yg sepi dan gelap, hanya ada kami dan juga sebuah Dome yg sudah berdiri
(paginya aku baru tahu kalo ternyata itu bule,). Kamipun mendirikan tenda di
atas pasir putih yg empuk. Semakin malam, ada beberapa rombongan lagi yg datang
(wah, rame nih..) dan kami terlelap di dalam dome yg hangat.
Pagi
hari pukul stgh 4, kami bangun, Mas jon masak mie dan aku tidur lagi hehehe,
setelah matang, kami makan dan kemudian packing (pakewuh sama warga sekitar..).
Aku memindahkan motor ke parkiran, kemudian kami menyusuri 200-300 meter’an
pantai klayar, sampai di ujung selatan kami istirahat, menanti sunrise sembari
mencari kerang. Kami bermain air, lari”, foto”, memanjat karang dan menikmati
karang yg bisa bernafas (hapeku kecipratan nganti rusak..) hingga pukul stgh 8
pagi.
Rencana
awal kami hanya mau ke klayar, namun karena masih ada waktu kami mampir ke gua
Gong, sampai di gua gong kami agak menyesal, guanya tak seindah dulu (yg
dicritain mas jon), airnya udah sangat sedikit, banyak ornamen yg runtuh dan
patah dan juga banyak sampah, haarrggh. Kamipun tak mau berlama-lama di gua
ini, kami lsg melanjutkan perjalan pulang. Di sepanjang perjalanan aku
mengamati daerah sekitar yg kemaren ga’ bisa kuamati, di jalan ada banyak sekali
papan biru dengan tulisan “E’ek ing WC, enak to? Mantep to?” dan tulisan
“Buluran duwe WC, aku yo duwe..” dan masih banyak lagi (waduh dek, ngeri kie..)
dengan otak agak bingung kamipun melanjutkan perjalanan. Perjalanan pulang kali
ini terasa berbeda, sepertinya jalur yg kami tempuh berbeda dari kemaren, dan
akhirnya “bertanya” menjadi teknik yg paling efektif (karena ga’ ada kuburan..),
beberapa kali bertanya akhirnya kami tiba di Prancis (Prancismantoro
maksudnya..), perjalanan berlanjut sampai di wonogiri dan kami berhenti di
warung pinggir jalan untuk makan siang.
Perjalanan
selanjutnya cukup mudah, melintasi wonogiri, sukoharjo dan solo baru, sampai
akhirnya tragedi tiba di depan SMA Ursulin. Pak polisi dengan perut besarnya
menghadang perjalanan kami (Siaal,, keno mokmen..) yg tinggal beberapa ratus
meter lagi sampai rumah mas jon. Dan STNK ku pun kemping gratis di pengadilan
(hehehe..). Perjalanan berlanjut kerumah mas jon, disana kami ngobrol” dengan
ayah’e mas jon dan juga istrinya, beberapa saat kemudian aku pamit pulang.
Perjalanan
pulang aku masih terbayang dengan Mokmen yg tadi, tapi biarlah anggap saja
Shodaqoh (kembali 10 kali lipat.. Amiin...). Pukul 13.30’an aku tiba dirumah yg
berarti sudah berakhirnya perjalanan panjang kami. 1 Pantai, 1 Gua, 1 waduk,
222 Km, 2 hari dan 40 rb rupiah yg menyedihkan dan menyenangkan. Namun aku dan
mas jon masih punya 1 pertanyaan yg belum terjawab “Mengapa Hanya Berdua.????”,
entahlah, suatu saat pasti terjawab. Selamat datang RAMADHAN..!!!
Pantai
Klayar Pacitan Jawa timur, “Saat ombak tak bisa menghentikan langkahku..”
Surakarta,
30 Agustus 2011..
Hehehe Baguss...lanjutkan!!!
BalasHapusgood job,
BalasHapusmohon bantuannya untuk share artikel ini..
BalasHapus